Tawondarat.com | Medan – Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Sumatera Utara resmi melaksanakan Pelantikan kepengurusan untuk periode 2024–2026 sekaligus menggelar Simposium Kedaulatan Energi pada Senin, 05 Mei 2025, bertempat di Aula Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara, Medan.
Dengan mengusung tema besar “Konsolidasi Pemuda dalam Mewujudkan Kedaulatan Energi Sumatera Utara,” kegiatan ini menjadi ajang strategis yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor.
Hadir dalam kegiatan ini para akademisi dari perguruan tinggi ternama, perwakilan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang energi dan transportasi seperti Pertamina, KAI, dan Angkasa Pura Aviasi, organisasi kemahasiswaan berbasis energi dan lingkungan dari berbagai kampus maupun aktivis lingkungan se- Sumatera Utara.
Perpaduan lintas sektor ini menjadi simbol nyata sinergi multipihak dalam merumuskan arah gerak baru menuju transisi energi yang adil, mandiri, dan berbasis potensi lokal.
Dalam sambutannya, Presiden DEM Sumut terpilih, Muhammad Fakhrozi Arif, menegaskan bahwa kunci utama untuk mencapai kedaulatan energi di Sumatera Utara terletak pada terbangunnya sinergi yang kokoh antara tiga pilar utama: mahasiswa sebagai motor perubahan, pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan sektor industri energi sebagai pelaku utama di lapangan. Ia menekankan bahwa tanpa kolaborasi yang erat dan kesadaran kolektif dari seluruh unsur tersebut, transisi energi hanya akan menjadi slogan kosong tanpa arah yang jelas.
“Pemuda tidak boleh hanya menjadi objek dari kebijakan energi. Mereka harus menjadi subjek yang sadar, kritis, dan aktif dalam menyuarakan serta merumuskan masa depan energi daerahnya. Ini bukan sekadar partisipasi, tapi kepemimpinan,” tegas Fahrozi dihadapan peserta yang hadir.
Simposium Kedaulatan Energi yang menjadi inti dari rangkaian kegiatan ini dirancang bukan hanya sebagai forum akademik, tetapi juga sebagai ruang dialektika strategis untuk merumuskan arah kebijakan energi yang lebih adil dan inklusif.
Tiga pembicara utama dihadirkan untuk memperkaya perspektif peserta dari berbagai latar belakang. Sesi pertama dibuka oleh Irsal, Ketua Serikat Pekerja Pertamina Unit Pemasaran I, yang mengulas secara tajam topik "Pengaruh Geopolitik Dunia Terhadap Harga BBM dan LPG."
Dalam pemaparannya, Irsal menyoroti bahwa fluktuasi harga energi domestik tidak lepas dari dinamika global, mulai dari konflik bersenjata, sanksi ekonomi antarnegara, hingga perebutan jalur distribusi energi strategis.
Ia menegaskan bahwa kesadaran geopolitik sangat krusial agar Indonesia, khususnya Sumatera Utara, mampu memperkuat ketahanan energinya secara mandiri dan tidak selalu menjadi korban pasang-surut pasar global. Pembicara kedua, Habibie Satrio Nugroho, Wakil Ketua Dewan Energi Mahasiswa Indonesia sekaligus alumni Universitas Pertahanan RI, menyampaikan gagasan bertajuk “Roadmap Pemuda dalam Mewujudkan Energi Berkeadilan”.
Habibie menguraikan peta jalan yang mencakup identifikasi potensi energi lokal berbasis komunitas, strategi edukasi publik yang berkelanjutan, serta pentingnya membangun kolaborasi antar-pemangku kepentingan. Ia mendorong munculnya gerakan pemuda yang tidak hanya vokal di media sosial, tetapi juga aktif membangun solusi nyata di lapangan.
“Transformasi energi harus dimulai dari gerakan rakyat—dan pemuda adalah simpul strategis perubahan tersebut,” tegasnya. Sesi ketiga dilanjutkan oleh Abdul Rahman, aktivis lingkungan dan energi yang telah lama berkecimpung di Sumatera Utara.
Ia mengangkat tema “Peran Pemuda dalam Advokasi Energi dan Lingkungan,” dengan pendekatan naratif yang menyentuh. Ia mengajak peserta untuk melihat advokasi bukan hanya sebagai protes, tetapi juga sebagai proses penyadaran dan perubahan perilaku kolektif. “Gerakan kecil yang dijalankan secara konsisten jauh lebih berdampak daripada rencana besar yang hanya berhenti di atas kertas,” ujarnya, seraya menekankan pentingnya keberlanjutan gerakan akar rumput.
Diskusi panel yang mengikuti sesi pemaparan pun berlangsung dinamis. Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, dan praktisi energi, membedah secara kritis tema “Energi Berkeadilan dalam Konteks Transisi Energi Nasional.” Diskursus berkembang pada bagaimana kebijakan transisi energi saat ini seringkali belum menyentuh kelompok masyarakat rentan seperti komunitas desa terpencil, nelayan, dan petani yang justru paling terdampak oleh krisis energi. Diskusi ini menegaskan bahwa keadilan energi bukan hanya soal teknologi baru, tetapi menyangkut distribusi manfaat dan akses yang merata di seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai salah satu terobosan baru dalam rangkaian simposium, Inovasi Booth Energi dan Lingkungan menjadi ruang apresiasi sekaligus validasi awal terhadap solusi-solusi berbasis teknologi dan kreativitas anak muda Sumatera Utara. Ruang ini dirancang sebagai inkubator ide yang menampilkan karya nyata dari mahasiswa dan komunitas, dengan harapan dapat menjadi cikal bakal pengembangan startup berbasis keberlanjutan.
Salah satu inovasi yang mencuri perhatian adalah Tong Sampah Pintar karya Dhimas Kurniawan dari DEM Sumut, yang dirancang untuk memisahkan limbah organik dan anorganik secara otomatis berbasis sensor. Teknologi ini tidak hanya membantu masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumber, tetapi juga membuka peluang konversi limbah organik menjadi bahan baku bioenergi dan kompos.
Selain itu, terdapat juga Plastic Wise, gerakan pengelolaan sampah plastik dari mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara. Inovasi ini menggabungkan teknologi daur ulang sederhana dengan pendekatan ekonomi sirkular berbasis komunitas. Pameran ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga momentum untuk menghubungkan inovator muda dengan stakeholder industri dan pemerintah, guna membuka peluang kolaborasi dalam skala yang lebih luas.
Sebagai bentuk komitmen Kegiatan simposium ini juga menghasilkan keluaran strategis berupa Policy Brief bertajuk “Peta Jalan Energi Pemuda Sumatera Utara 2045.” Dokumen ini memuat rumusan kebijakan dan rekomendasi yang disusun secara kolektif berdasarkan diskusi kelompok terfokus (FGD) yang melibatkan pemuda dari berbagai disiplin ilmu.
Beberapa poin utama dalam dokumen ini meliputi:
• Urgensi Pemetaan Potensi Energi Lokal, seperti biomassa dari limbah sawit dan pertanian, energi mikrohidro di daerah pegunungan, serta potensi tenaga surya di kawasan pesisir.
• Peningkatan Literasi Energi, melalui integrasi isu energi dalam kurikulum kampus dan pendidikan nonformal, serta perluasan akses informasi energi berkeadilan bagi masyarakat desa.
• Penguatan Kelembagaan Pemuda Energi, dengan mendorong terbentuknya Energy Youth Hub sebagai wadah sinergi antarorganisasi, universitas, dan pemerintah daerah.
• Skema Kolaborasi Multisektor, antara pemuda, industri energi, BUMD, dan LSM dalam mendesain solusi berbasis kebutuhan lokal.
Policy brief ini tidak hanya ditujukan sebagai bahan advokasi ke pemerintah provinsi, tetapi juga sebagai dokumen hidup yang terus diperbarui berdasarkan kondisi dan dinamika energi ke depan.
Sebagai penutup, kegiatan ini ditandai dengan Deklarasi Pemuda untuk Energi Sumatera Utara, sebuah pernyataan komitmen kolektif yang diucapkan serempak oleh seluruh peserta simposium. Deklarasi ini lahir dari kesadaran bahwa tantangan energi ke depan bukan hanya urusan teknologi dan regulasi, tetapi soal keberanian moral generasi muda untuk mengambil peran.
Isi deklarasi ini menekankan:
• Komitmen untuk mengawal dan terlibat aktif dalam penyusunan, implementasi, serta evaluasi kebijakan energi daerah yang adil dan berkelanjutan.
• Kesiapan untuk membangun gerakan yang inklusif, lintas sektor, dan berbasis data dalam memperjuangkan hak masyarakat atas energi bersih, murah, dan merata.
• Janji untuk menjadikan inovasi dan etika sebagai fondasi gerakan pemuda energi.
Deklarasi ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi dokumen pijakan awal menuju pembangunan Koalisi Pemuda Untuk Energi Sumut, sebagai gerakan kolaboratif lintas kampus dan komunitas yang akan mengawal roadmap energi daerah hingga 2045.
Dengan semangat gotong royong, DEM Sumut menegaskan komitmennya untuk terus menjadi penggerak perubahan di sektor energi. “Kedaulatan energi adalah soal keberanian menentukan arah sendiri, dan pemuda harus berdiri di garda terdepan perjuangan ini,” tutup Fahrozi. (Tim)